Minggu, 11 Januari 2009

KABUPATEN BANJARNEGARA

MENGENAL KABUPATEN BANJARNEGARA

Inilah kampung halamanku tempat aku dilahirkan. Sebuah kota kecil yang asri indah dan nyaman, penduduknya yang damai saling menghormati membuat aku selalu ingin cepat - cepat pulang kesana.

Desa Sawangan Krajan Rt.02 / 01, Kecamatan Punggelan, Kabupaten Banjarnegara adalah tempat dimana untuk pertama kalinya aku melihat dunia.

Kabupaten Banjarnegara, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Ibukotanya adalah Banjarnegara. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Batang di utara, Kabupaten Wonosobo di timur, Kabupaten Kebumen di selatan, dan Kabupaten Banyumas dan Kabupaten Purbalingga di barat.

Aku bangga menjadi salah satu penduduk Kabupaten Banjaregara. Majulah kotaku teruslah bersinar " BANJAREGARA GILAR - GILAR "


LAMBANG DAERAH





Tanggal 17 Agustus 1967 merupakan tanggal bersejarah bagi rakyat Banjarnegara yang ditandai pembukaan selubung Lambang Daerah Kabupaten Banjarnegara oleh Bupati Banjarnegara ke-7, M.Soedjirno, di ruang sidang Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Gotong Royong (DPRDGR), setelah disyahkan DPRDGR Kabupaten Banjarnegara 11 Agustus 1967.

LAMBANG Daerah itu "diukir" oleh panitia khusus DPRDGR, ditambah gambar dari pemenang kedua dan pemenang harapan "Sayembara Lambang". terdiri dari: R. soenardi (Ketua merangkap anggota), Moh. Kosim (Wakil ketua merangkap anggota), Soetarno (anggota), dan Soedijono Tjokrosapoetra (anggota), dan Marchaban Mangunhardjo (anggota). Panitia khusus tersebut dibentuk berdasarkan Surat Keputusan DPRDGR Banjarnegara No. 145/17/DPRDGR-66 tertanggal 9 Desember 1966.


VISI DAN MISI





VISI



“Terwujudnya Masyarakat Banjarnegara Yang Beriman, Bertaqwa, Sejahtera, Mandiri Berbudaya Berdasarkan Pancasila”


MISI



Menyelenggarakan proses pendidikan yang mengacu pada keseimbangan kecerdasan nalar dan emosi dengan memnafaatkan potensi-potensi lokal, manajemen berbasis masyarakat sekitar serta kurikulum yang berdasrkan kesesuaian dan kesepadanan dengan kebutuhan masyarakat.

meningkatkan derajat hidup manusia melalui upaya peningkatan kesehatan rohani dan jasmani.

Mengembangkan sektor pertanian, pariwisata dan industri kecil yang berwawasan lingkungan.

Mewujudkan Pemerintahan yang efektif, dan efisien dalam rangka mengoptimalkan Pelayanan Masyarakat.

Mengembangkan pemberdayaan masyarakat, ekonomi rakyat dan kemitraan dalam pelaksanaan pembangunan.

Meningkatkan kemampuan daerah dalam pembiayaan pemerintahan dan pembangunan.

Menciptakan rasa aman dan tentram dalam suasana kehidupan yang demokratis dan agamis.



Sejarah





Watulembu Dalam perang Diponegoro, R.Tumenggung Dipoyudo IV berjasa kepada pemerintah mataram, sehingga di usulkan oleh Sri Susuhunan Pakubuwono VII untuk di tetapkan menjadi bupati banjar berdasarkan Resolutie Governeor General Buitenzorg tanggal 22 agustus 1831 nomor I, untuk mengisi jabatan Bupati Banjar yang telah dihapus setatusnya yang berkedudukan di Banjarmangu dan dikenal dengan Banjarwatulembu. Usul tersebut disetujui.

Persoalan meluapnya Sungai Serayu menjadi kendala yang menyulitkan komunikasi dengan Kasunanan Surakarta. Kesulitan ini menjadi sangat dirasakan menjadi beban bagi bupati ketika beliau harus menghadiri Pasewakan Agung pada saat-saat tertentu di Kasultanan Surakarta. Untuk mengatasi masalah ini diputuskan untuk memindahkan ibukota kabupaten ke selatan Sungai Serayu.
Daerah Banjar (sekarang Kota Banjarnegara) menjadi pilihan untuk ditetapkan sebagai ibukota yang baru. Kondisi daerah yang baru ini merupakan persawahan yang luas dengan beberapa lereng yang curam. Di daerah persawahan (Banjar) inilah didirikan ibukota kabupaten (Negara) yang baru sehingga nama daerah ini menjadi Banjarnegara (Banjar : Sawah, Negara : Kota).

R.Tumenggung Dipoyuda menjabat Bupati sampai tahun 1846, kemudian diganti R. Adipati Dipodiningkrat, tahun 1878 pensiun. Penggantinya diambil dari luar Kabupaten Banjarnegara.
Gubermen (pemerintahan) mengangkat Mas Ngabehi Atmodipuro, patih Kabupaten Purworejo(Bangelan) I Gung Kalopaking di panjer (Kebumen) sebagai penggantinya dan bergelar Kanjeng Raden Tumenggung Jayanegara I. Beliau mendapat ganjaran pangkat "Adipati" dan tanda kehormatan "Bintang Mas"
Tahun 1896 beliau wafat diganti putranya Raden Mas Jayamisena, Wedana distrik Singomerto (Banjarnegara) dan bergelar Kanjeng Raden Tumenggung JayanegaraII.
Dari pemerintahan Belanda Raden Tumenggung Jayanegara II mendapat anugrah pangkat "Adipati Aria" Payung emas Bintang emas besar, Officer Oranye. Pada tahun 1927 beliau berhenti, pensiun. Penggantinya putra beliau Raden Sumitro Kolopaking Purbonegoro, yang juga mendapat anugrah sebutan Tumenggung Aria, beliau keturunan kanjeng R. Adipati Dipadingrat, berarti kabupaten kembali kepada keturunan para penguasa terdahulu. Diantara para Bupati Banjarnegara, Arya Sumitro Kolopaking yang menghayati 3 jaman, yaitu jaman Hindia Belanda, Jepang dan RI, dan menghayati serta menangani langsung Gelora Revolusi Nasional (1945 - 1949).
Ia mengalami sebutan "Gusti Kanjeng Bupati", lalu "Banjarnegara Ken Cho" dan berakhir "Bapak Bupati". Selanjutnya yang menjadi Bupati setelah Raden Aria Sumtro Kolopaking Purbonegoro ialah :
1. R. Sumitro, Tahun 1949 - 1959.
2. R. Mas Soedjirno, Tahun 1960 - 1967.
3. R. Soedibjo, Tahun 1967 - 1973.
4. Drs. Soewardji, Tahun 1973 - 1980.
5. Drs.H. Winarno Surya Adisubrata, Tahun 1980 - 1986.
6. H. Endro Soewarjo, Tahun 1986 - 1991.
7. Drs.H.Nurachmad, Tahun 1991 - 1996.
8. Drs.H.Nurachmad, tahun 1996 - 2001.

9. Drs.Ir. Djasri, MM, MT dan Wabup : Drs. Hadi Supeno, Msi, tahun 2001-2006

10. Drs.Ir. Djasri, MM, MT dan Wabup : Drs. Soehardjo. MM, tahun 2006-20011


OBYEK WISATA



Dataran Tinggi Dieng (Dieng Plateu)






Peta Wisata Dataran Tinggi Dieng Dataran Tinggi Dieng (Dieng Plateu) terletak disebelah timur laut Kota Banjarnegara 55km, merupakan daerah tujuan wisata nomor 2 di Jawa Tengah setelah Borobudur.
Dataran Tinggi Dieng semula merupakan Gunung Berapi yang meletus dengan dahsyat, sekarang puncak gunung terlempar, tinggallah sekarang suatu dataran yang terletak di puncak gunung lebih dikenal dengan sebutan " DIENG PLATEU".

Ditengah-tengah dataran tinggi Dieng dahulu terdapat tempat pemujaan dan asrama pendidikan Hindu tertua di Indonesia. Sebagai bangunan suci tersebut sampai sekarang dapat kita saksikan dengan adanya candi beserta puing-puing bekas Vihara. Dari obyek yang dapat kita saksikan saat ini terdapat 8 buah candi yaitu :
1. Banowati
2. Puntodewa
3. Arjuna
4. Sembodro
5. Sri Kandi
6. Gatot Kaca
7. Bima


Kelompok Candi Arjuna






Kelompok candi ini terdiri dari lima candi tersusun dalam dua deret, deret di sebelah timur terdiri dari empat bangunan candi yang semuanya menghadap ke barat candi Arjuna, candi Srikandi, candi Puntadewa dan candi Sembadra. Deret sebelah barat menghadap ke timur yaitu candi Semar yang berhadapan dengan candi Arjuna.


Candi Gatotkaca





Candi ini terletak di sebelah barat kelompok Candi Arjuna di kaki bukit Pangonan menghadap ke barat, dahulu kala di lokasi ini terdapat enam bangunan candi yaitu candi Gatutkaca, candi Sentyaki, candi Antareja, candi Nakula - Sadewa dan candi Nalagareng, karena proses alam hanya candi Gatutkaca yang mampu bertahan hingga saat ini.


Candi Bima





Candi terletak di sebelah selatan candi Gatutkaca kurang lebih satu kilometer, dahulu diperkirakan terdapat beberapa candi namun karena proses alam, hanya candi Bima yang mampu bertahan, mempunyai tipe berbeda dengan candi-candi lain di Dieng dan diperkirakan dibangun setelah candi Srikandi.


Candi Dwarawati






Candi Dwarawati terletak paling timur di antara candi-candi di dataran tinggi Dieng, didirikan di bukit Perahu.


Kawah Sikidang





Kawah ini adalah kawah vulkanik dengan lubang kepundan berada di daerah dataran sehingga kawah dapat disaksikan langsung dari bibir kawah. Sampai saat ini kawah Sikidang masih aktif mengeluarkan uap panas sehingga air kawah mendidih dan bergejolak.


Kawah Sileri





Kawah terluas di kawasan Wisata Dataran Tinggi Dieng yang masih aktif, dengan permukaan airnya yang terus-menerus mengepulkan asap putih dan menunjukkan gejala vulkanis.


Kawah Candradimuka





Kawah ini sebenarnya bukan kawah gunung berapi, tetapi merupakan pemunculan Solfatara dari rekahan tanah.


Sumur Jalatunda






Sumur Jalatunda berasal dari kawah yang telah mati ribuan tahun yang lalu kemudian terisi air sehingga menyerupai sebuah sumur raksasa.


Telaga Merdada






Telaga ini merupakan telaga terluas di Kawasan Wisata Dataran Tinggi Dieng kurang lebih 25 Ha dengan kedalaman 2 – 10 meter.


Taman Rekreasi Dan Marga Satwa Serulingmas






TRMS Serulingmas terletak di Kota Banjarnegara, daya tarik wisata yang ada di sana adalah berupa Taman Satwa, Kolam Renang, taman beramain anak-anak, Makam Keramat Ki Ageng Selomanik. Beberapa satwa yang ditangkarkan adalah Singa, Gajah, Harimau, Ular, Orang Utan, berbagai jenis burung, dan lain-lain.


Taman Rekreasi Anglir Mendung






Terletak arah Utara 18 Km dari Kota Banjarnegara. Di daerah ini beriklim sejuk dan dikelilingi hutan lindung yang dapat dijadikan wisata alam berburu, cross country.



Waduk Mrica






Waduk Mrica Terletak arah barat ? 10 Km dari Kota Banjarnegara. Wisata air ini memanfaatkan Bendungan Panglima Besar Soedirman yang mempunyai fungsi utama sebagai Pembangkit Listrik (PLTA).

Bendungan yang mempunyai panjang ? 6,5 Km dan luas 1.250 Ha merupakan bendungan terbesar di Asia Tenggara dan mempunyai kapasitas tenaga listrik sebesar 184,5 MW. Wisata air yang ada di sana adalah berperahu/speedboat mengelilingi waduk, olah raga dayung, memancing dan naik kereta mini mengelilingi arena wisata.
Juga tersedia taman bermain untuk anak dan panggung hiburan. Lokasi ini sangat menarik karena berbukit-bukit dan rimbun oleh pepohonan serta pemandangan bendungan yang indah dan asri. Di dekat kompleks Wisata Mrica juga terdapta Padang Golf dengan 9 hole yang dilengkapi segala fasilitasnya.


Arung Jeram Sungai Serayu






Arung Jeram Sungai Serayu Wisata minat khusus arung jeram ini berada di Sungai Serayu Kabupaten Banjarnegara tepatnya dari Desa Tunggoro ke Desa Singomerto, Kecamatan Sigaluh dengan panjang route tempuh 12 Km.

Fasilitas akomodasi dan cinderamata khas desa ini tersedia di sepanjang jalan raya, dan Sungai Serayu ini mengalir berdekatan dengan jalan raya Tunggoro – Singomerto.
Arung jeram ini dinilai sangat baik oleh para atlet Arung Jeram Nasional sehingga pada tahun 1997 di lokasi ini dijadikan sebagai lokasi Kejurnas I Arung Jeram.


Dawet Ayu, minuman khas Banjarnegara






Nama Dawet Ayu sudah terkenal dipenjuru nusantara. Banyak penjual dawet ayu yang merantau ke seluruh wilayah di Indonesia untuk menjajakan minuman khas Banjarnegara ini.
Rasa manis yang khas, perpaduan antara santan dan gula kelapa ini memang terasa nikmat dan segar saat diminum, karenanya banyak orang yang menyukai minuman ini.

Sebagai perlambang minuman khas, asli Banjarnegara, di alun - alun Banjarnegara dibangun Patung dan Prasasti yang menggambarkan penjual Dawet Ayu Banjarnegara. Terdapat tokoh pewayangan Gareng dan Petruk yang berada di kanan dan di kiri tempat dawet ayu nya.

Bagi Anda yang ingin berkunjung dan menikmati dawet ayu Banjarnegara langsung dari daerah asalnya, Anda dapat menggunakan kendaraan pibadi atau angkutan umum jurusan Purwokerto - Semarang.

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda